Di era globalisasi tingkat persaingan semakin ketat, dalam sistem kesehatan nasional dan Rencana Pokok Program Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan telah digariskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Upaya kesehatan ditujukan untuk tercapainya peningkatan kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan harapan hidup manusia. Selain itu upaya kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat, serta mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup mandiri. Perhatian khusus diberikan kepada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, bermukim di daerah terpencil, daerah terasing, daerah pemukiman baru temasuk daerah transmigrasi, maupun di daerah kumuh perkotaan. Upaya untuk menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah menjadi penting, mengingat bahwa sasaran pelayanan kesehatan sebagian besar ditujukan kepada kelompok masyarakat tersebut.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan tujuan
tersebut diciptakanlah Visi Indonesia Sehat 2019, yang merupakan cerminan masyarakat, bangsa, dan Negara
Indonesia dengan ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku, dan
dalam lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan
pembangunan kesehatan yang berkesinambungan, baik oleh pemerintah pusat,
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, maupun oleh masyarakat
termasuk swasta.
Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional dan daerah dihadapkan kepada beberapa keadaan dan isu
penting, yaitu kesehatan sebagai hak azasi dan sekaligus investasi, adanya
transisi demografis dan epidemiologis, tantangan global sebagai akibat
kebijakan perdagangan bebas, demokratisasi yang terus berkembang di segala
bidang dan aspek kehidupan.
Untuk melayani masyarakat perlu adanya kinerja yang baik
dari puskesmas. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut
adalah menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya,
mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat, memelihara dan
meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya, agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2019.
Untuk
meningkatkan pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) khususnya
Puskesmas, Klinik Pratama, dan Tempat Praktek Mandiri Dokter/Dokter Gigi kepada
masyarakat, dilakukan berbagai upaya peningkatan mutu dan kinerja antara lain
dengan pembakuan dan pengembangan sistem manajemen mutu dan upaya perbaikan
kinerja yang berkesinambungan. Untuk menjamin bahwa upaya perbaikan mutu dan peningkatan
kinerja dilaksanakan secara berkesinambungan di FKTP, maka perlu dilakukan
penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunakan standar yang ditetapkan yaitu
melalui mekanisme akreditasi.
Kementerian Kesehatan (Kemkes) menargetkan sebanyak 6.000
puskesmas memenuhi standar pelayanan dan terakreditasi hingga tahun 2019.
Di setiap kabupaten keinginan Puskesmas untuk memperoleh akreditasi
terus bertambah. Hal ini diperkuat dengan adanya kebutuhan untuk mendapatkan
status terakreditasi sebagai prasyarat bagi Puskesmas untuk mendapatkan dana
kapitasi BPJS. Cerita sukses Puskesmas yang terakreditasi mendorong
Puskesmas lainnya yang tengah berupaya untuk meningkatkan sistem internal
Puskesmas untuk mendapatkan akreditasi.
Dalam rangka mewujudkan puskesmas akreditasi tersebut, saat ini
beramai-ramai semua puskesmas mempersiapkannya. Walaupun sebenarnya sudah
sering kita lakukan dalam pekerjaan sehari-hari dalam kegiatan pelayanan
terhadap pasien. Akan tetapi mungkin belum sesuai standar yang diterapkan.
Tidak sedikit dari para karyawan puskesmas menganggap ini sebagai momok.
Hambatan yang dirasakan selama ini adalah kebiasaan petugas puskesmas,
dimana petugas tersebut biasanya tidak pernah mendokumentasikan
kegiatan-kegiatan yang mereka laksanakan, namun dengan adanya akreditasi semua
pekerjaan harus terdokumentasi sesuai standar yang dipersyaratkan. Dalam artian
hasil kinerja kita harus bisa dibuktikan secara administrasi ketika ditelusuri
oleh tim penilai. Karena dengan begitu manajemen skill akan terwujud. Sekarang
ini bagi petugas puskemas yang dirasakan bahwa akreditasi adalah sebagai beban,
karena tugas pokok belum terselesaikan, ditambah adanya akreditasi yang ada
target harus “lulus” walaupun kata itu tidak terucapkan. Tetapi ada komitmen
dalam hati bahwa komitmen bersama untuk bisa menjadikan puskesmas
terakreditasi. Sehingga sering lembur dan berusaha membuat program yang belum pernah
dikerjakan. Perasaan capek, pusing, jengkel, ngedumel sendiri, saling
menyalahkan, sering muncul dan hari-hari begitu cepat berlalu.
Dari pengalaman tidak pernah mendokumentasikan kegiatan menjadi
budaya yang harus dilakukan sulit tapi setelah dilaksanakan ternyata hasilnya
memuaskan.
Tidak akan lulus akreditasi
bila hanya copy paste dari dokumen-dokumen Puskesmas lain yang sudah
mendapatkan akreditasi. Instrumen dan dokumen akreditasi menuntut kita
melakukan sendiri apa yang kita tulis, sehingga kita tidak dapat menutupi
kelemahan kita dan tanpa ketahuan oleh tim penilai akreditasi.
“Tulislah apa yang kamu kerjakan, kerjakan
apa yang kamu tulis “ inilah yang bisa menjadi pedoman kita. Dengan demikian Kinerja menjadi terukur
dan terstruktur, hasil kegiatan begitu nyata tidak mengada-ada, dan hasilnya
dapat dipertanggungjawabkan
Masihkah menjadi momok buat kita ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar